Senin, 02 April 2012

Program Pelatihan Model Evaluasi CIRO


Tugas Makalah
Mata Kuliah Evaluasi Program Pendidikan

Judul:
Program Pelatihan
Model Evaluasi CIRO




Abstrak

Kegiatan evaluasi program pelatihan tidak hanya dilaksanakan pada akhir kegiatan  program,  tetapi  sebaiknya  dilakukan  sejak  awal,  yaitu  mulai  dari penyusunan  rancangnan  program  pelatihan,  pelaksanaan  program  pelatahan  dan hasil dari pelatihan. Penilaian hasil pelatihan tidak cukup hanya pada hasil jangka pendek (output) tetapi dapat menjangkau hasil dalam jangka panjang (outcome and impact program). Ada berbagai macam model evaluasi program yang dapat dipilih untuk  mengevaluasi  program  pelatihan.  Model  mana  yang  akan  digunakan tergantung  pada  tujuan  maupun  kemampuan  evaluator.  Siapapun  yang  ditunjuk menjadi evaluator, agar hasil evaluasi dapat maksimal maka kompetensi evaluator harus  dipertimbangkan.  Kompetensi  evaluator  meliputi  kompetensi  manajerial, kompetensi teknis, kompetensi konseptual dan kompetensi bidang studi.


A.       Pendahuluan
Dalam  manajemen  SDM    terdapat  beberapa  fungsi  pokok,  dan  fungsi  evaluasi merupakan  salah  satu  di  antaranya,  selain  perencanaan,  pengorganisasian  dan pelaksanaan.  Program  pelatihan  sebagai  salah satu  strategi  pengembangan  SDM memerlukan fungsi evaluasi untuk mengetahui efektivitas program yang bersangkutan. Pada  umumnya  orang  beranggapan  bahwa  evaluasi  program  pelatihan  diadakan  pada akhir ahir pelaksanaan pelatihan. Anggapan yang demikian adalah kurang tepat, karena evaluasi merupakan salah satu mata rantai dalam sistem pelatihan yang jika dilihat dari waktu  pelaksanaannya  kegiatan  penilaian  dapat  berada  di  awal  proses  perencanaan,  di tengah  proses  pelaksanaan  dan  pada  akhir  penyelenggaraan  pelatihan  dan  pasca kegiatan  pelatihan.  Penilaian  yang  dilaksanakan  pada  proses  perencanaan  disebut dengan  analis  kebutuhan  (need  assessment)  yang  berusaha  untuk  mengumpulkan informasi tentang kemampuan, ketrampilan maupun keahlian yang akan dikembangkan dalam  pelatihan,  karakteristik  peserta  pelatihan,  kualitas  materi  pelatihan  dilihat  dari relevansi  dan  kebaharuan,  kompetensi  pelatih/instruktur/pengajar,  tempat  pelatihan beserta  sarana  dan  prasarana  yang  dibutuhkan,  akomodasi  dan  konsumsi  serta  jadwal kegiatan  pelatihan.  Penilaian  yang  dilaksanakan  pada  saat  proses  pelatihan  disebut dengan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang sejauh mana program  yang  telah  disusun  dapat  diimplementasikan  dengan  baik.  Dalam  kegiatan monitoring ini berusaha untuk menilai kualitas proses pelatihan, baik dari aspek kinerja instruktur,  iklim  kelas,  sikap  dan  motivasi  belajar  atau  berlatih  para  peserta  pelatihan. Sedangkan  penilaian  pasca  pelatihan  bertujuan  untuk  mengetahui  perubahan  kinerja peserta setelah kembali ke tempat kerjanya masing-masing.

B.            Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan  penilaian.  (test,  measurement,and  assessment).  Tes  merupakan  salah  satu  cara  untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang  terhadap  stimulus  atau  pertanyaan  (Djemari  Mardapi,  1999:2).  Tes merupakan  salah  satu  alat  untuk  melakukan  pengukuran,  yaitu  alat  untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta  didik,  sikap,  minat,  maupun  motivasi.  Respons  peserta  tes  terhadap  sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi. Pengukuran  (measurement)  dapat  didefinisikan  sebagai  the  process  by  which information  about  the  attributes  or  characteristics  of  thing  are  determinied  and differentiated  (Oriondo,1998: 2).  Guilford  mendefinisi  pengukuran  dengan  “assigning numbers to, or quantifying, things according to a set of rules” (Griffin & Nix, 1991: 3). Pengukuran  dinyatakan  sebagai  proses  penetapan  angka  terhadap  individu  atau karakteristiknya  menurut  aturan  tertentu  (Ebel  &  Frisbie.  1986:  14).  Allen  &  Yen mendefinisikan  pengukuran  sebagai  penetapan  angka  dengan  cara  yang  sistematik untuk  menyatakan  keadaan  individu  (Djemari  Mardapi,  2000:  1). Dengan  demikian, esensi  dari  pengukuran  adalah  kuantifikasi  atau  penetapan  angka  tentang  karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu.  Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep  yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes,  misalnya  dengan  pengamatan,  skala  rating  atau  cara  lain  untuk  memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.  Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. The Task Group  on  Assessment  and  Testing  (TGAT)  mendeskripsikan  asesmen  sebagai  semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (Griffin & Nix, 1991: 3). Popham (1995: 3) mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan  pendidikan.  Boyer  &  Ewel  mendefinisikan  asesmen  sebagai  proses  yang menyediakan  informasi  tentang  individu  siswa,  tentang  kurikulum  atau  program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi.  “processes that provide information about individual students, about curricula or programs, about institutions,  or  about  entire  systems  of  institutions”  (Stark  &  Thomas,1994:  46). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran. Evaluasi  memiliki  makna  yang  berbeda  dengan  penilaian,  pengukuran  maupun tes. Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) menyatakan bahwa : Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design, implementation,  and impact in order to guide decision making, serve needs  for  accountability,  and  promote  understanding  of  the  involved phenomena. Evaluasi  merupakan  suatu  proses  menyediakan  informasi  yang  dapat  dijadikan sebagai  pertimbangan  untuk  menentukan  harga  dan  jasa  (the  worth  and  merit)  dari tujuan  yang  dicapai,  desain,  implementasi  dan  dampak  untuk  membantu  membuat keputusan,  membantu  pertanggung  jawaban  dan  meningkatkan  pemahaman  terhadap fenomena.  Menurut  rumusan  tersebut,    inti  dari  evaluasi  adalah  penyediaan  informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Komite  Studi  Nasional  tentang  Evaluasi  (National  Study  Committee  on Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), menyatakan bahwa: Evaluation  is  the  process  of  ascertaining  the  decision  of  concern,  selecting appropriate information, and collecting and analyzing information in order to report  summary  data  useful  to  decision  makers  in  selecting  among alternatives.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan  penyajian  informasi  yang  dapat  digunakan  sebagai  dasar  pengambilan  keputusan serta penyusunan program selanjutnya. selanjutnya Griffin & Nix (1991:3) menyatakan:
Measurement, assessment and evaluation are hierarchial. The comparison of observation with  the  criteria    is  a  measurement,  the  interpretation  and description of the evidence is an assessment and the judgement of the value or implication of the behavior is an evaluation.
Pengukuran,  penilaian  dan  evaluasi  bersifat  hirarki.  Evaluasi  didahului  dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku. Brikerhoff  (1986:ix)  menjelaskan  bahwa  evaluasi  merupakan  proses  yang menentukan  sejauh  mana  tujuan  pendidikan  dapat  dicapai.  Menurut  Brikerhoff (1986:ix), dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu: 1) penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation), 2) penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation), 3) pengumpulan informasi (collecting information), 4) analsis dan intepretasi informasi (analyzing and interpreting), 5) pembuatan laporang (reporting information), 6) pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan 7) evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation).
Dalam  pengertian  tersebut  menunjukkan  bahwa  dalam  melakukan  evaluasi, evaluator  pada  tahap  awal  harus  menentukan  focus  yang  akan  dievaluasi  dan  desain yang akan digunakan. Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara  implisit  menenkankan  adanya  tujuan  evaluasi,  serta  adanya  perencanaan bagaimana  melaksanakan  evaluasi.  Selanjutnya,  dilakukan  pengumpulan  data, menganalisis  dan  membuat  intepretasi  terhadap  data  yang  terkumpul  serta  membuat laporan.  Selain  itu,  evaluator  juga  harus  melakukan  pengaturan  terhadap  evaluasi  dan mengevaluasi  apa  yang  telah  dilakukan  dalam  melaksanakan  evaluasi  secara keseluruhan. Weiss (1972:4) menyatakan bahwa tujuan evaluasi adalah:
The  purpose  of  evaluation  research  is  to  measure  the  effect  of  program against  the  goals  it  set  out  accomplish  as  a  means  of  contributing  to subsuquest  decision  making  about  the  program  and  improving  future programming.
Ada empat hal  yang ditekankan pada rumusan tersebut,  yaitu: 1) menunjuk pada penggunaan  metode  penelitian,  2)  menekankan  pada  hasil  suatu  program,  3) penggunaan  kriteria  untuk  menilai,  dan  4)  kontribusi  terhadap  pengambilan  keputusan dan perbaikan program di masa mendatang. Berdasarkan  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  evaluasi  merupakan proses  yang  sistematis  dan  berkelanjutan  untuk  mengumpulkan,  mendeskripsikan, mengintepretasikan  dan  menyajikan  informasi  untuk  dapat  digunakan  sebagai  dasar membuat  keputusan,  menyusun  kebijakan  maupun  menyusun  program  selanjutnya. Adapun  tujuan  evaluasi  adalah  untuk  memperoleh  informasi  yang  akurat  dan  objektif tentang  suatu  program.  Informasi  tersebut  dapat  berupa  proses  pelaksanaan  program, dampak/hasil  yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi  yang difokuskan untuk  program  itu  sendiri,  yaitu  untuk  mengambil  keputusan  apakah  dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.


C.       Model-model Evaluasi Program Pelatihan
Ada  banyak  model  evaluasi  yang  dikembangkan  oleh  para  ahli  yang  dapat dipakai dalam mengevaluasi program pelatihan. Kirkpatrick, salah seorang ahli evaluasi program training dalam bidang pengembangan SDM selain menawarkan model evaluasi yang diberi nama Kirkpatrick’s training evaluation model juga menunjuk model-model lain yang dapat dijadikan sebagai pilihan dalam mengadakan evaluasi terhadap sebuah program training. Model-model yang ditunjuk tersebut di antaranya adalah : 

1.     Five Level ROI Model (Jack PhillPS')
2.     CIPP Model (Daniel Stufflebeam's) 
3.     Responsive Evaluation Model (Robert Stake's)
4.     Congruence-Contingency Model (Robert Stake's)
5.     Five Levels of Evaluation (Kaufman's)
6.     CIRO (Context, Input, Reaction, Outcome) 
7.     PERT (Program Evaluation and Review Technique) 
8.     Goal-Free Evaluation Approach (Michael Scriven's)
9.     Discrepancy Model (Provus's)
10.  Illuminative Evaluation Model 


Dari  berbagai  model  tersebut  di  atas  dalam  tulisan  ini  hanya  akan  
diuraikan secara singkat mengenai model CIRO (Context, Input, Reaction, Outcome) 

1.       Evaluasi model CIRO
Para Ciro empat tingkat pendekatan ini dikembangkan oleh Warr, Bird and Rackham’s (1970).
a.             Empat komponen evaluasi
Mengadopsi pendekatan Ciro untuk evaluasi majikan memberikan sebuah model untuk diikuti ketika melakukan penilaian pelatihan dan pengembangan. Pengusaha harus melakukan evaluasi mereka dalam bidang berikut:

• C-Konteks atau lingkungan di mana pelatihan berlangsung
I-Masukan ke acara pelatihan
• R-Reaksi terhadap acara pelatihan
• O-Hasil

Keuntungan utama menggunakan pendekatan Ciro adalah bahwa hal itu menjamin bahwa semua aspek dari siklus pelatihan tertutup.
1.  Konteks
Evaluasi di sini kembali ke alasan untuk acara pelatihan atau pengembangan atau strategi. Pengusaha harus melihat metode yang digunakan untuk memutuskan pada pelatihan asli atau spesifikasi pembangunan. Pengusaha perlu melihat bagaimana informasi itu dianalisis dan bagaimana kebutuhan diidentifikasi.

2.  Masukan
Evaluasi di sini terlihat pada proses perencanaan dan desain, yang menyebabkan pemilihan pelatih, program, karyawan dan bahan. Menentukan kelayakan dan akurasi dari input adalah penting untuk keberhasilan inisiatif pelatihan atau pengembangan. Jika, misalnya, jenis peserta didik yang salah dipilih untuk menghadiri customer care Program Nasional Kualifikasi Kejuruan ini akan membuang-buang waktu dan uang bagi organisasi.


3.  Reaksi
Evaluasi metode sini harus sesuai dengan sifat pelatihan yang dilakukan. Pengusaha mungkin ingin mengukur reaksi dari peserta didik untuk pelatihan dan untuk menilai relevansi dari kursus pelatihan untuk peran pembelajar. Memang penilaian mungkin juga melihat isi dan penyajian acara pelatihan untuk mengevaluasi kualitas.

4.  Hasil
Pengusaha mungkin ingin mengukur tingkat di mana pembelajaran telah ditransfer ke tempat kerja. Ini lebih mudah mana pelatihan berkaitan dengan hard skill dan spesifik - ini akan menjadi kasus untuk driver kereta atau operator sinyal, tetapi lebih sulit untuk kompetensi lebih lembut dan kurang terukur termasuk keterampilan perilaku. Jika kinerja diharapkan perubahan sebagai hasil dari pelatihan, maka evaluasi perlu menetapkan tingkat kinerja awal dari peserta didik.

Selain mengevaluasi konteks, input, reaksi dan hasil untuk pelatihan dan pengembangan, pengusaha harus terus mengukur biaya. Sebuah analisis biaya / manfaat biasanya dilakukan sebelum melakukan apapun inisiatif pelatihan. Biaya harus dipantau untuk memastikan bahwa mereka tidak skala atas anggaran.

C.       Penutup
Kegiatan penilaian dalam evaluasi program pelatihan tidak hanya dilaksanakan pada  akhir  kegiatan  program,  tetapi  sebaiknya  dilakukan  sejak  awal,  yaitu  dari penyusunan  rancangnan  program  pelatihan,  pelaksanaan  program  pelatahan  dan  hasil dari  pelatihan.  Penilaian  hasil  pelatihan  tidak  cukup  hanya  pada  hasil  jangka  pendek (output)  tetapi  dapat  menjangkau  hasil  dalam  jangka  panjang  (outcome  and  impact program).  Ada  berbagai  macam  model  evaluasi  program  yang  dapat  dipilih  untuk mengevaluasi  program  pelatihan.  Model  mana  yang  akan  digunakan  tergantung  pada tujuan maupun kemampuan evaluator. Evaluator  dalam  kegiatan  evaluasi  program  pelatihan  dapat  dari  orang  dalam maupun  dari  orang  luar,  dapat  bersifat  indidual  maupun  tim,  dari  tenaga  paruh  waktu maupun  penuh  waktu,  orang  professional  maupun  tenaga  amatir.  Siapapun  yang ditunjuk  menjadi  evaluator,  agar  hasil  evaluasi  dapat  maksimal  maka  kompetensi evaluator  harus  dipertimbangkan.  Kompetensi  evaluator  meliputi  kompetensi manajerial, kompetensi teknis, kompetensi konseptual dan kompetensi bidang studi.




SOAL PILIHAN GANDA:

1.     Menurut tujuannya program HRD dapat dikelompokan mejadi…
a.      1
b.     2
c.      3
d.     4
e.      5
2.     Dibawah ini merupakan tujuan evaluasi pengembangan SDM, kecuali…
a.      Mengukur ROI
b.     Mengukur dan menilai apakah SDM mencapai tujuannya
c.      Mengindentifikasikan kekuatan dan kelemahan  suatu prog. SDM
d.     Menentukan rasio Cost/benefit
e.      Mencapai target yang diinginkan
3.     Level yang dikemukankan dalam model Kirkpatrick dalam metodenya berjumlah …
a.      1 level
b.     2 level
c.      3 level
d.     4 level
e.      5 level
4.     Dibawah ini merupakan 4 level evaluasi model Kirkpatrick, kecuali…
a.     Input
b.     Reaksi
c.      Pembelajaran
d.     Prilaku
e.      Hasil
5.     Metode yang mengungkapkan Model enam Fase Evaluasi HRD adalah…
a.      KirkPatrick
b.     Bringkerhoff
c.      Bird, N Rackman
d.     Jack J.Philips
e.      Donal L
6.     Kepanjangan dari CIRO adalah …
a.      Context Input Reaction out
b.     Context, Input, Reaction, Outcome
c.      Comunication, Inspiration, Reaction, Output
d.     Comunication, Input, Reaction, Outcome
e.      Context, Inspiration, Reaction, Outcome
7.     Objek yang mungkin dapat dievaluasi dalam metode Ciro berjumlah …
a.      1
b.     2
c.      3
d.     4
e.      5
8.     Salah satu objek yang mengarah pada perubahan prilaku para pegawai yang diperlukan untuk mencapai objek akhir adalah…
a.      Objek akhir
b.     Objek awal
c.      Objek Segera
d.     Objek Antara
e.      Objek kecuali
9.     Dalam model evaluasi CIRO,  evaluasi yang biasa dilakukan dalam program HRD berjumlah …
a.      1
b.     2
c.      3
d.     4
e.      5
10.  Level evaluasi yang meliputi langkah memperoleh dan mempergunakan informasi mengenai pengaruh atau outcome PSDM yaitu…
a.      Evaluasi Outcome
b.     Evaluasi Reaction
c.      Evaluasi Input
d.     Evaluasi Output
e.      Evaluasi konteks
11.  Tahapan yang dapat membentuk evaluasi pengaruh terdiri dari beberapa tahap, yaitu …
a.      1 tahap
b.     2 tahap
c.      3 tahap
d.     4tahap
e.      5 tahap
12.   Keuntungan utama menggunakan pendekatan Ciro adalah bahwa hal itu menjamin bahwa semua aspek dari siklus pelatihan bersifat…
a.     Tertutup
b.     Terbuka
c.      Bebas
d.     Terkontrol
e.      Persuasif
13.  Pengusaha mungkin ingin mengukur tingkat di mana pembelajaran telah ditransfer ke tempat kerja, dalam CIRO termasuk dalam komponen ….
a.      Konteks
b.     Masukan
c.      Reaksi
d.     Hasil
e.      Semua benar
14.  Selain mengevaluasi konteks, input, reaksi dan hasil untuk pelatihan dan pengembangan SDM, yang harus terusdiukur adalah komponen….
a.      SDM
b.     Pengusaha
c.      Tenaga Kerja
d.     Biaya
e.      Waktu
15.  Orang yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan kegiatan  evaluasi  program  pelatihan disebut…
a.      Moderator
b.     Trainner
c.      Motivator
d.     Evaluator
e.      Promotor


Daftar Pustaka :

Djemari  Mardapi.  (1999).  Pengukuran,  penilaian  dan  evaluasi.  Makalah  disampaikan pada  Penataran  evaluasi  pembelajaran  matematika  SLTP  untuk  guru  inti matematika  di  MGMP  SLTP  tanggal  8    23  Nopember  1999  di  PPPG Matematika Yogyakarta.

Djemari  Mardapi.  (2000).  Evaluasi  pendidikan.  Makalah  disampaikan  pada  Konvensi Pendidikan Nasional tanggal 19 – 23 September 2000 di Universitas Negeri
Jakarta.

Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essential of educational measurement. New Jerseey:
Prentice- Hall, Inc.

Farida Yusuf Tayibnapis. (2000). Evaluasi program. Jakarta:  Rineka Cipta

Griffin,  P.  &  Nix,  P.  (1991).  Educational  assessment  and  reporting.  Sydney:  Harcout Brace Javanovich, Publisher.

Kirkpatrick,  D.L.  (1998).       Evaluating  training  programs,  The  four  levels,  Second edition. San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.

·           Kirkpatrick,  D.L.  (2005).  Kirkpatrick's  training  evaluation  model.    Diambil  pada tanggal 23 Sepember 2005, dari http://www. businessballs. com/ Kirkpatrick learningevaluationmodel.htm. 

Madaus,  G.F.  &  Scriven,  M.S.  &  Stuffebeam,  D.L.  (1993).           Evaluation  models, viewpoints on educational and human services evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.

Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.

Naugle.  (2005)  .  Kirkpatrick's  evaluation  model  as  a  means  of  evaluating  teacher performance.  Diambil  pada  tanggal  15  September  2005,  dari  http://www. findarticles.com/p/articles. 

Oriondo,  L.  L.  &  Antonio,  E.  M.D.  (1998).  Evaluating  educational  outcomes  (Test, measurment and evaluation). Florentino St: Rex Printing Company, Inc.

Purwanto  dan  Atwi  Suparman,  (1999).  Evaluasi  program  diklat.  Jakarta:  Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Lembaga Administrasi Negara.

Popham, W. J. (1995). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.

Stark,  J.S.  &  Thomas,  A.  (1994).  Assessment  and  program  evaluation.  Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing.

Stufflebeam,  D.L.  &  Shinkfield,  A.J.  (1985).  Systematic  evaluation.  Boston:  Kluwer Nijhof Publishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar