Senin, 02 April 2012

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN CIPP




EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN CIPP




BAB I: PENDAHULUAN

Latar Belakang


Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, pengelola sekolah (kepala sekolah, guru, staf, dan dewan/komite sekolah), lingkungan (orangtua, masyarakat, dan sekolah), kualitas pembelajaran, dan kurikulum (Suhartoyo, 2005:2). Hal senada juga dikemukakan oleh Mardapi (2003:8) bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan yang demikian adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi, baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Optimalisasi sistem evaluasi menurut Mardapi (2003:12) memiliki dua makna, yaitu 1) sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal dan 2) manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan.
Bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas, khususnya untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik. Pencapaian belajar ini bukan hanya yang bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi yang ada pada peserta didik. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru (Mardapi, 2000:2).
Konteks program pembelajaran di sekolah menurut Mardapi (2003:8) bahwa keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Di sisi lain evaluasi pada program pembelajaran membutuhkan data tentang pelaksanaan pembelajaran dan tingkat ketercapaian tujuan. Keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari aspek hasil belajar, sementara implementasi program pembelajaran di kelas atau kualitas proses pembelajaran itu berlangsung jarang tersentuh kegiatan penilaian.
Model cipp (contex- input- process- product)  ini menitik beratkan bahwa keberhasilan program dipengaruhi  oleh beberapa faktor antara lain karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan program, peralatan yang digunakan,  serta prosedur  dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program (Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM, M.pd. ,2011:32).
Adapun keunggulan model cipp memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi , yaitu tahap konteks, masukan, proses dan tahap produk.  Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator.
 CIPP Evaluasi Model pada garis besarnya melayani empat macam keputusan:
1 perencanaan keputusan yang mmemengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan
    khusus.
            2 keputusan pembentukan atau structuring, yang kegiatanya mencakup pemastian
   strategi optimal dan desain proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
    oleh keputusan  perencanaan.
3 Keputusan implementasi, dimana pada keputusan ini para evaluator
     mengusahakan sarana prasarana  untuk menghasilkan dan meningkatkan
     pengambilan keputusan atau eksekusi, rencana, metodedan strategi yang hendak
     dipilh.
 4 Keputusan pemutaran(resycling) yang menentukan, jika suatu program itu
    diteruskan, maka diteruskan dengan modifikasi atau diberhentikan secara total
     atas dasar kriteria yang ada.
    Saat ini masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan  tidak ada system evaluasi yang efektif, yang dapat memberikan informasi yang valid tentang hasil pendidikan,   tentang praktik dan programnya sangat kurang
   Peran dan tujuan evaluasi program adalah untuk memberikan informasi yang dipakai sebagai dasar untuk membuat kebijakan dan keputusan, menilai hasil yang dicapai para pelajar, menilai kurikulum, memberi kepercayaan kepada sekolah, memonitor dana yang telah diberikan  dan memperbaiki materi program Pendidikan.
  Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan  hasil evaluasi suatu program, keputusan yang akan diambilnya antara lain : menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan bersama atau  dengan merevisi program  karena ada bagian-bagian  yang kurang sesuai dengan harapan . Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan baik  maka sangat baik jika dilaksanakan lagi ditempat atau waktu yang lain.
Hal terpenting dan perlu ditekankan dalam menentukan program yaitu: Realisasi atau implementasi suatu kebijakan, Terjadi dalam waktu yang relatif lama karena merupakan kegiatan  yang berkesinambungan, terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Oleh karena itu evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan . Alasanya adalah dengan masukan hasil  evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menetukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.














                            BAB II Kajian Pustaka

Program Evaluasi dengan Metode CIPP
 A.     Pengertian Evaluasi Program
     Model evaluasi Cipp mulai dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun 1966(Wirawan: 2011.92) Stuffiebeam mendefinisikan evaluasi sebagai proses melukiskan(deliniating) memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna  untuk menilai alternatif –alternatif pengambilan keputusan . Melukisksan artinya menspesifikasi, medefinisikan menjelaskanuntuk memfokuskan informasi yang diperlukan oleh para pengambil keputusan. Memperoleh artinya dengan memakai pengukuran atau statistik untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menganalisis informasi. Menyediakan artinya mensintesiskan informasi sehingga akan melyani dengan baik kebutuhan evaluasi para pemangku kepentingan evaluasi.           
 Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam yang di kutip oleh  Ansyar (1989) bahwa evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif pengambilan keputusan. Selanjutnya The joint committee on Standars For Educational Evaluation(1994), mendefinisikan bahwa evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang sistematis tentang keberhasilan suatu tujuan. Sedangkan Djaali, Mulyono dan Ramli (2000) mendefinisikan bahwa Evaluasi sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil keputusan atas obyek yang dievaluasi. Rutman and Mowbray 1983, mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi  dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky (1989), mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan,implementasi dan efektifitas suatu program.     Wirawan (2006) Evaluasi adalah proses mengumpulkan dan menyajikan informasi mengenai objek evaluasi, menilainya dengan standar evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program.
            Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang  tepat pula. Evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil  evaluasi  program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak  lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.
B PRINSIP EVALUASI
Hal terpenting dan perlu ditekankan dalam menentukan program:
1)  Realisasi atau implementasi suatu kebijakan
2)  Terjadi dalam waktu yang relatif lama, karena merupakan kegiatan berkesinambungan
3)  Terjadi dalam organisasi yang melibatkan  sekelompok orang.
            Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi  suatu program, keputusan yang diambil diantaranya :
Menghentikan program, karena dipandang program tersebut tidak ada     manfaatnya atau   tidak   dapat     terlaksana sebagaimana yang diharapkan, Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan. Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.
Secara umum  alasan dilaksanakannya program evaluasi yaitu;
1. Pemenuhan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya,
2. Mengukur efektivitas dan efesiensi program,
3. Mengukur pengaruh, efek sampingan program,
4. Akuntabilitas pelaksanaan program,
5. Akreditasi program,
6. Alat mengontrol pelaksanaan program,
7. Alat komunikasi dengan stakeholder program,
8. Keputusan mengenai program ;
  1. Diteruskan
  2. Dilaksanakan di tempat lain
  3. Dirubah
  4. Dihentikan

 C TUJUAN EVALUASI
            Untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan evaluasi program, kita perlu memperhatikan unsur-unsur dalam kegiatan pelaksanaannya yang terdiri dari:
a. What yaitu apa yang akan di evaluasi
b. Who yaitu siapa yang akan melaksanakan evaluasi
c. How yaitu bagaimana melaksanakannya
            Dengan memperhatikan pada tiga unsur kegiatan tersebut, ada tiga komponen paling sedikit yang dapat dievaluasi: tujuan, pelaksana kegiatan dan prosedur atau teknik pelaksanaan.
            Didalam evaluasi program pendidikan terdapat ketepatan model evaluasi yang berarti ada keterkaitan yang erat antara evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi.  Dan jenis program ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
  1. Program pemrosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses (output).
  2. Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan program.
  3. Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang tidak tampak apa yang menjadi ciri utamanya.
            Seperti halnya penelitian, evaluasi program memerlukan proposal dan rancangan evaluasi. Perbedaan antara proposal evaluasi program dan rancangan evaluasi program terletak pada tekanan isinya. jika proposal merupakan usulan kegiatan maka, rancangan merupakan peta perjalanan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh evaluator dalam melaksanakan evaluasi.


 D KRITERIA EVALUASI
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang perencanaan evaluasi adalah sebagai berikut:
      1. Analisis kebutuhan,    merupakan     sebuah proses penting bagi evaluasi program  karena melalui   kegiatan    ini akan  dihasilkan gambaran yang jelas tentang kesenjangan antara hal atau kondisi  nyata   dengan   kondisi yang   diinginkan.   Analisis   kebutuhan   dilakukan   dengan sasarannya adalah siswa, kelas atau sekolah.
      2. Menyusun proposal evaluasi program, dengan memperhatikan butir sebagai berikut:
a.    Pendahuluan, menekankan garis besar bagian isi.
b.    Metodologi yang berisi tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode pengumpulan data dan penentuan instrumen pengumpulan data.
c.    Penentuan instrumen evaluasi yang menekankan pada alat apa yang diperlukan untuk mengumpulkan data, hal tersebut biasanya harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator.
            Secara garis besar evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan: tahap persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan evaluasi program dan tahap monitoring pelaksanaan program.
      Analisis data dalam evaluasi program pendidikan dapat dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
  1. Tabulasi data, merupakan sebuah pengolahan dan pemrosesan hingga menjadi tabel dengan tujuan agar mudah saat melakukan analisis. Tabulasi ini berisikan variabel-variabel objek yang akan diteliti dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti.
  2. Pengolahan data, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah data terkumpul dan ditabulasi.  Dari pengolahan data ini dapat diperoleh keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka, simbol,   atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.
  3. Pengolahan data dengan komputer, merupakan kemudahan bagi peneliti bila objek yang diteliti memiliki variabel banyak dan sangat kompleks, hanya dengan memasukkan coding sheet langsun memprosesnya maka hasilnya akan diperoleh cepat.
         Tolok ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun saling berhubungan. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya.
      Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. seperti definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) beliau mengatakan, bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum ada dan apa sebabnya. Untuk definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain yaitu Cronbach dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.


BAB III MODEL EVALUASI

 A.     MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
      Riset yang dilakukan menggunakan metodologi action research untuk meningkatkan kerangka kerja dalam penerapan data dimana obyek tersebut menjadi kajian penelitian. Action research adalah jenis metodologi riset yang dilakukan dengan secara aktif terjun langsung pada pemberi kebijakan yang akan diteliti, dalam hal ini, penulis ikut bekerja di dalam Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan. Teknik yang dilakukan dengan cara:
    • mengobservasi praktisi Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan,
    • action learning,
    • interview tak terjadwal, dan
    • studi informasi yang tersimpan.
     Dengan melakukan action learning, penulis membuat dokumentasi terhadap setiap interaksi dengan kegiatan di Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan.  Untuk kriteria evaluasi kinerja,  riset yang penulis lakukan  adalah membuat kerangka evaluasi yaitu:
• Selalu mencari cara untuk   mengatasi latar belakang masalah sesegera mungkin.
• Selalu    mencari   cara   untuk meningkatkan framework yang  sudah ada untuk menunjukkan bahwa riset memiliki hasil yang menguntungkan.
      Terdapat banyak model evaluasi program yang digunakan para ahli. Salah satunya adalah model CIPP ( Context – input – process – product). Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam , model CIPP oleh Stufflebeam 1971 (dari Ward Mitchell Cates, 1990) . Model CIPP (1971) melihat kepada empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses dan dimensi Produk.
      Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut :
Tipe Evaluasi
Konteks
Input
Proses
Produk
Pembuat Keputusan
Obyektif
Solusi strategi desain prosedur
Implementasi
Dihentikan Dilanjutkan Dimidifikasi Program Ulang
Akuntabilitas
Rekaman Obyektif
Rekaman pilihan strategi desain dan desain
Rekaman Proses Akutual
Rekaman pencapaian dan keputusan ulang

            Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan (1983). Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan ( discrepancy view ) kondisi nyata ( reality ) dengan kondisi yang diharapkan ( ideality ). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menentapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang ( Isaac and Michael:1981)
              Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, anternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.
            Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen and Sanders(1973), yaitu :
  1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang     baik untuk dipertahankan,
  2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan, dan
  3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan.
            Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “judgement outcomes” dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan harga dan jasa yang diberikan ( Stuflebeam and Shinkfield : 1986). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputuasan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evauasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dkembangkan dan di administrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.
            Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes, prosentase, data observasi, diagram data, sosiometri dan sebaginya yang dapat ditelusuri kaitanya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.
            Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu rendah, moderat, dan tinggi.
B .  MODEL EVALUASI CIIP
Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu :            
1)    Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program.
2)    Evaluasi masukan untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
3)    Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.  
4)    Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.         Keunggulan model CIPP merupakan system kerja yang dinamis.




Keempat macam evaluasi tersebut divisualisasikan sebagi berikut : 
             Bentuk pendekatan dalam melakukan evaluasi yang sering digunakan yaitu pendekatan eksperimental, pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang berfokus pada keputusan, berorientasi pada pemakai dan pendekatan yang responsive yang berorientasi terhadap target keberhasilan dalam evaluasi.
            Jenis  konsep evaluasi diantaranya ; yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan selama program itu berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberikan informasi konsumen tentang manfaat atau kegunaan program.
            Bentuk kegiatan dalam evaluasi adalah evaluasi internal dan eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek sedangkan eksternal dilakukan evaluator dari luar institusi.

C .Panduan Model Evaluasi CIIP


 Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan lebih baik lagi.
 Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir  semua bidang dalam suatu program tertentu seperti,evaluasi program training pada sebuah perusahaan, evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu.
Dalam implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.
Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem, dkk (1967) di Ohio State University. Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). CIPP merupakan singkatan dari, context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil. Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi komponen evaluasi.
Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan. Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam Eko Putro Widoyoko mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but improve.” Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Berikut ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi, context, input, process, product.
1.Context Evaluation (Evaluasi Konteks)
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini suharsimi memberikan contoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) dalam pengajuan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a)Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa yang belum menerima ?
b)Tujuan pengembngan apakah yang belum tercapai oleh program, misalnya peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanan tambahan ?
c)Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu megembangkan masyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya ?
d)Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai, misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan ?
2.InputEvaluation (Evaluasi Masukan)
Tahap kedua  dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi : 1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan ini adalah :
a)Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada perkembangan siswa ?
b)Berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan tambahan itu ?
c)Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan tambahan ?
d)Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan tambahan ?
Menurut Stufflebeam sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto, mengungkapkan bahwa pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan.
3.ProcessEvaluation (Evaluasi Proses)
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : “ 1) do detect or predict in procedural design or its implementation during implementation stage, 2) to provide information for programmed decision, and 3) to maintain a record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauhmana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut :
a)Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal ?
b)Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan ?
c)Apakahsarana dan prasarana yang disediakandimanfaatkan secara maksimal ?
d)Hambatan-hambatanapa saja yang dijumpaiselamapelaksanaanprogram dan kemungkinanjikaprogramdilanjutkan ?
4.ProductEvaluation (Evaluasi Produk/Hasil)
Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko memberikan pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or techer) to make decision of program “. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapis (2000 : 14) dalam Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a)Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai ?
b)Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan pencapaian tujuan ?
c)Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian) ?
d)Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya program makanan tambahan ini ?

D .Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi CIPP
Menurut Eko Putro Widoyoko model evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil. Selain kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak adanya modifikasi.








BAB IV: LATIHAN SOAL

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT !

1.   PendapatWoolfolkdanNicolichmengatakanbahwabelajaradalah :
a.   Belajaradalahperubahandalamdiriseseorang yang berasaldarihasilpengalaman
b.   Karenaadanyakondisi / stimulus darilingkungan.
c.   Proses mengatur, mengorganisirlingkungan yang ada di sekitarpeserta
d.   Hubungan yang interaktifantara guru denganpesertadalamikatantujuan.
2.   Tesmerupakansalahsatucarauntukmenaksirbesarnyakemampuanseseorangsecaratidaklangsungmerupakanpendapatdari :
a.      Mardapi                                                              c. Griffin dan Nix
b.     OriondodanAnonio                                              d. EbeldanFrisbie
3.   Di bawahiniistilah yang seringdigunakandalamevaluasi , kecuali :
a.      Pengukuranc. pengamatan
b.     Penilaian                                                                 d. evaluasi
4.   Manakah yang bukandefinisidarites :
a.      Tesmerpakansalahsatualatuntukmelakukanpengukuran
b.     Tesmerupakanbagiantersempitdarievaluasi
c.      Tesmerupakansalahsatucaraunukmenaksirbesarnyakemampuansecaratidaklangsung.
d.     Tesmerupakanpengamatanlangsung.
5.   Pengukurandalambahasaasingadalah :
a.      Conversation                                                             c. Performance
b.     Assessment                                                               d. Measurament
6.   DefinisidariPengukuranmenurutOriondodan Antonio adalah :
a.      Assigning numbers to or quantifying, things according to a set of rules
b.     The process by which information a bout the attributes or characteristicsof thing are determinied and differentiated.
c.      Assessment is processes that provide information about individu al student.
d.     Learning is a change in a person that comes a bout as  a result of experience.

7.   TokohaliranBehavioristikmengemukakanbahwabelajarterdiridari 3 komponenpenting, kecuali :
a.        Kondisi internal   ( internal conditions of learning )
b.       Kondiseksternal  ( external conditions of learning )
c.        Belajarmengajar ( instructional )
d.       Hasilbelajar  ( outcomes of learning )
8.   Di bawahini model yang popular sebagaistrategiataupedomankerjadalampelaksanaanevaluasi program pembelajaran , kecuali :
a.      Evaluasi model Kickpatrick ( Kickpatrick four levels evaluation model )
b.     Evaluasi model CIPP ( context, input , prosess and product )
c.      Evaluasi model Stake ( model couintenance )
d.     Evaluasi model berbasistujuan ( objective oriented evaluation )
9.   Model evaluasi yang dikembangkanolehDaniel Stuffiebeam dikenaldenganistilah :
a.     Four levels evaluation model
b.     Context , input , prosess, and product
c.      Objective oriented evaluation
d.     Goal free evaluation model
10.    Pertamakali  Daniel Stuffiebeam memperkenalkan model evaluasinyapadatahun …..
a.      1959                         b.   1966                        c. 1991                                   d. 1994
11.    Evaluasiuntukmengetahuitingkatkepuasansiswaterhadappelaksanaansuatupelatihandinamakan ……….
a.     Evaluasibelajar ( learning evaluating )                 c. Reaksi ( reaction evaluating )
b.     Tingkahlaku  ( Behavior evaluating )                   d. Evaluasihasil ( Result evaluating )
12.    Evaluasiuntukmengetahuidampakperbahanperilakukerjapesertapelatihanterhadaptingkatproduktifitasorganisasidinamakan …..
a.      Evaluasibelajar ( learning evaluating)               c. Reaksi ( Reaction evaluating )
b.     Tingkahlaku ( Behavior evaluating)                  d. Evaluasihasil ( Result evaluating )
13.    Behavior evaluating adalah ……
a.      Evaluasiuntukmengetahuitingkatkepuasanpesertaterhadappelaksanaansuatupelatihan.
b.     Evaluasiuntukmengetahuitingkatperubahanperilakukerjapesertapelatihansetelahkembalikelingkungankerjanya.
c.      Evaluasiuntukmengukurtingkattambahanpengetahuanketerampilanmaupunperubahansikappesertasetelahmengikutipelatihan.
d.     Evaluasiuntukmengetahuidampakperubahanperilakukerjapesertapelatihanterhadaptingkatproduktifitasorganisasi.
14.    Evaluasiuntukmengukurtingkattambahanpengetahuan, keterampilanmaupunperubahansikappesertasetelahmengikutipelatihandisebut ….
a.   Reaction ( Reaksi )                                        c. Result ( hasil )
b.   Learning ( belajar )                                     d. Behavior ( tingkahlaku )
15.    Di bawahinimerupakankelebihandari model evaluasiKickpatrick , kecuali :
a.      lebihkomprehensifkarenamencakupaspekkognitif, skill , danafektif.
b.     Objekevaluasitidakhanyahasilbelajarsematatetapijugamencakup proses, output maupun outcomes.
c.      Lebihmudahditerapkan( applicable ) untuk level kelaskarenatidakterlalubanyakmelibatkanpihak-pihak lain dalam proses evaluasi.
d.     Untukmengukur impact sulitdilakukankarenaselainsulittolokukurnya (intangible )jugasudah di luarjangkauan guru maupunsekolahdalamprosesnya.













BAB: PENUTUP                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  

Mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran tidak cukup hanya dengan mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa sebagai produk dari sebuah proses pembelajaran. Kualitas suatu produk pembelajaran tidak terlepas dari kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi terhadap program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan guru sebaiknya menjangkau penilaian terhadap: 1) desain pembelajaran, yang meliputi kompetensi yang dikembangkan, strategi pembelajaran yang dipilih, dan isi program, 2) implementasi program pembelajaran atau kualitas pembelajaran, dan 3) hasil program pembelajaran.
Penilaian terhadap hasil program pembelajaran tidak cukup terbatas pada hasil jangka pendek atau output tetapi sebaiknya juga menjangkau outcome dari program pembelajaran. Berbagai model evaluasi program dapat dipilih oleh guru maupun sekolah untuk mengadakan evaluasi terhadap keberhasilan program pembelajaran. Pemilihan suatu model evaluasi akan tergantung pada kemampuan evaluator, tujuan evaluasi serta untuk siapa evaluasi itu dilaksanakan untuk pengambilan keputusan bagi para pemangku.
               Sistem evaluasi harus difokuskan dengan jelas pada proses perbaikan daripada pertanggungjawaban untuk produk akhir. Sistem ini harus dioperasikan dekat dengan titik intervensi (obyek yaitu sekolah) untuk perubahan. Pendekatan analisis evaluasi pembelajaran dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan sekolah. Kompleksitas permasalahan yang dihadapi evaluasi di bidang pendidikan harus ditangani dengan analisis multivariat sehingga dapat memberikan bimbingan kepada pengawas sebagai upaya perubahan.



Ebel, R. L., dan Frisbie, DDAFTAR PUSTAKA
. A. 1986. Essential of Educational Measurement. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
e.      Gredeer, B., dan Margaret, E. 1986. Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Macmillan Publising.
f.      Griffin, P., dan Nix, P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace Javanovich Publisher.
g.     Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.
h.     Kirkpatrick, D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model (online). (http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm, diakses 23 Oktober 2009).
i.       Madaus, G. F., Scriven, M. S., dan Stuffebeam, D. L. 1993. Evaluation Models, Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
j.       Mardapi, D. 1999. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. Makalah disajikan dalam Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP untuk Guru Inti Matematika di MGMP SLTP, PPPG Matematika Yogyakarta, Yogyakarta, 8-23 November.
k.     Mardapi, D. 2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disajikan dalam Konvensi Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-23 September.
l.       Mardapi, D. 2003. Kurikulum 2004 dan Optimalisasi Sistem Evaluasi Pendidikan di Sekolah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 10 Januari.
m.   Oliva, P. F. 1992. Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers.
n.     Oriondo, L. L., dan Antonio, E. M. D. 1998. Evaluating Educational Outcomes (Test, Measurment, andEvaluation). Florentino St: Rex Printing Company.
o.     Partner, C. 2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus (online). (http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf, diakses 23 Oktober 2009).
p.     Popham, W. J. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.


Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Ebel, R. L., dan Frisbie, D. A. 1986. Essential of Educational Measurement. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
q.     Gredeer, B., dan Margaret, E. 1986. Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Macmillan Publising.
r.      Griffin, P., dan Nix, P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace Javanovich Publisher.
s.      Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.
t.       Kirkpatrick, D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model (online). (http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm, diakses 23 Oktober 2009).
u.     Madaus, G. F., Scriven, M. S., dan Stuffebeam, D. L. 1993. Evaluation Models, Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
v.     Mardapi, D. 1999. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. Makalah disajikan dalam Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP untuk Guru Inti Matematika di MGMP SLTP, PPPG Matematika Yogyakarta, Yogyakarta, 8-23 November.
w.    Mardapi, D. 2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disajikan dalam Konvensi Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-23 September.
x.     Mardapi, D. 2003. Kurikulum 2004 dan Optimalisasi Sistem Evaluasi Pendidikan di Sekolah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 10 Januari.
y.     Oliva, P. F. 1992. Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers.
z.      Oriondo, L. L., dan Antonio, E. M. D. 1998. Evaluating Educational Outcomes (Test, Measurment, andEvaluation). Florentino St: Rex Printing Company.
aa.   Partner, C. 2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus (online). (http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf, diakses 23 Oktober 2009).
bb.  Popham, W. J. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.


Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Ebel, R. L., dan Frisbie, D. A. 1986. Essential of Educational Measurement. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
cc.   Gredeer, B., dan Margaret, E. 1986. Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Macmillan Publising.
dd.  Griffin, P., dan Nix, P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace Javanovich Publisher.
ee.   Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.
ff.    Kirkpatrick, D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model (online). (http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm, diakses 23 Oktober 2009).
gg.  Madaus, G. F., Scriven, M. S., dan Stuffebeam, D. L. 1993. Evaluation Models, Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
hh.  Mardapi, D. 1999. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. Makalah disajikan dalam Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP untuk Guru Inti Matematika di MGMP SLTP, PPPG Matematika Yogyakarta, Yogyakarta, 8-23 November.
ii.     Mardapi, D. 2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disajikan dalam Konvensi Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-23 September.
jj.     Mardapi, D. 2003. Kurikulum 2004 dan Optimalisasi Sistem Evaluasi Pendidikan di Sekolah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 10 Januari.
kk.  Oliva, P. F. 1992. Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers.
ll.     Oriondo, L. L., dan Antonio, E. M. D. 1998. Evaluating Educational Outcomes (Test, Measurment, andEvaluation). Florentino St: Rex Printing Company.
mm.                    Partner, C. 2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus (online). (http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf, diakses 23 Oktober 2009).
nn.  Popham, W. J. 1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.


Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar