EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN CIPP
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mutu
pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, pengelola sekolah (kepala
sekolah, guru, staf, dan dewan/komite sekolah), lingkungan (orangtua,
masyarakat, dan sekolah), kualitas pembelajaran, dan kurikulum (Suhartoyo,
2005:2). Hal senada juga dikemukakan oleh Mardapi (2003:8) bahwa usaha
peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem
pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Salah
satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan yang demikian adalah
proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk
efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi, baik terhadap proses maupun
hasil pembelajaran. Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar
secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas
proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas
dan kualitas manajemen sekolah.
Sehubungan
dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak
hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan
baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih
dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar,
tetapi juga perlu penilaian terhadap input, output, maupun kualitas proses
pembelajaran itu sendiri. Optimalisasi sistem evaluasi menurut Mardapi
(2003:12) memiliki dua makna, yaitu 1) sistem evaluasi yang memberikan
informasi yang optimal dan 2) manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang
utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya
akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan.
Bidang
pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada
yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan,
yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi
mikro sering digunakan di tingkat kelas, khususnya untuk mengetahui pencapaian
belajar peserta didik. Pencapaian belajar ini bukan hanya yang bersifat
kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi yang ada pada peserta didik.
Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang
menjadi penanggungjawabnya adalah guru (Mardapi, 2000:2).
Konteks
program pembelajaran di sekolah menurut Mardapi (2003:8) bahwa keberhasilan
program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Di
sisi lain evaluasi pada program pembelajaran membutuhkan data tentang
pelaksanaan pembelajaran dan tingkat ketercapaian tujuan. Keberhasilan program
pembelajaran selalu dilihat dari aspek hasil belajar, sementara implementasi
program pembelajaran di kelas atau kualitas proses pembelajaran itu berlangsung
jarang tersentuh kegiatan penilaian.
Model cipp (contex- input- process- product) ini menitik beratkan bahwa keberhasilan
program dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain karakteristik peserta didik, lingkungan, tujuan program, peralatan
yang digunakan, serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu
sendiri. Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada
perangkat pengambil keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasional
sebuah program (Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM, M.pd. ,2011:32).
Adapun keunggulan model cipp memberikan suatu format evaluasi yang
komprehensif pada setiap tahapan evaluasi , yaitu tahap konteks, masukan,
proses dan tahap produk. Model evaluasi
ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para
evaluator.
CIPP Evaluasi Model pada garis
besarnya melayani empat macam keputusan:
1 perencanaan keputusan yang mmemengaruhi pemilihan tujuan umum dan
tujuan
khusus.
2 keputusan pembentukan atau
structuring, yang kegiatanya mencakup pemastian
strategi optimal dan desain
proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh keputusan perencanaan.
3 Keputusan implementasi, dimana pada keputusan ini para evaluator
mengusahakan sarana
prasarana untuk menghasilkan dan
meningkatkan
pengambilan keputusan atau
eksekusi, rencana, metodedan strategi yang hendak
dipilh.
4 Keputusan pemutaran(resycling)
yang menentukan, jika suatu program itu
diteruskan, maka diteruskan
dengan modifikasi atau diberhentikan secara total
atas dasar kriteria yang ada.
Saat ini masalah yang dihadapi
dalam dunia pendidikan tidak ada system
evaluasi yang efektif, yang dapat memberikan informasi yang valid tentang hasil
pendidikan, tentang praktik dan
programnya sangat kurang
Peran dan tujuan evaluasi
program adalah untuk memberikan informasi yang dipakai sebagai dasar untuk
membuat kebijakan dan keputusan, menilai hasil yang dicapai para pelajar, menilai
kurikulum, memberi kepercayaan kepada sekolah, memonitor dana yang telah
diberikan dan memperbaiki materi program
Pendidikan.
Adapun kebijakan yang dapat
dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
suatu program, keputusan yang akan diambilnya antara lain : menghentikan
program, karena dipandang program tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak
dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan bersama atau dengan merevisi program karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan .
Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan
baik maka sangat baik jika dilaksanakan
lagi ditempat atau waktu yang lain.
Hal terpenting dan perlu ditekankan dalam menentukan program yaitu:
Realisasi atau implementasi suatu kebijakan, Terjadi dalam waktu yang relatif
lama karena merupakan kegiatan yang
berkesinambungan, terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Oleh karena itu evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil
keputusan . Alasanya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil
keputusan akan menetukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah
dilaksanakan.
BAB II Kajian
Pustaka
Program
Evaluasi dengan Metode CIPP
A. Pengertian Evaluasi Program
Model evaluasi Cipp mulai dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada
tahun 1966(Wirawan: 2011.92) Stuffiebeam mendefinisikan evaluasi sebagai proses
melukiskan(deliniating) memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif –alternatif
pengambilan keputusan . Melukisksan artinya menspesifikasi, medefinisikan
menjelaskanuntuk memfokuskan informasi yang diperlukan oleh para pengambil
keputusan. Memperoleh artinya dengan memakai pengukuran atau statistik untuk
mengumpulkan, mengorganisasikan dan menganalisis informasi. Menyediakan artinya
mensintesiskan informasi sehingga akan melyani dengan baik kebutuhan evaluasi
para pemangku kepentingan evaluasi.
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda
sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi.
Pengertian evaluasi menurut Stufflebeam yang di kutip oleh Ansyar (1989) bahwa evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan
informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif pengambilan
keputusan. Selanjutnya The joint committee on Standars For
Educational Evaluation(1994), mendefinisikan bahwa evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang sistematis tentang
keberhasilan suatu tujuan. Sedangkan Djaali, Mulyono dan Ramli (2000)
mendefinisikan bahwa Evaluasi sebagai proses menilai
sesuatu berdasarkan standar objektif yang telah ditetapkan kemudian diambil
keputusan atas obyek yang dievaluasi. Rutman and Mowbray 1983,
mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah
untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang berguna
untuk proses membuat keputusan. Chelimsky (1989), mendefinisikan
evaluasi adalah suatu metode penelitian yang
sistematis untuk menilai rancangan,implementasi dan efektifitas suatu program.
Wirawan (2006) Evaluasi adalah proses
mengumpulkan dan menyajikan informasi mengenai objek evaluasi, menilainya
dengan standar evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan
mengenai objek evaluasi. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur
ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan
informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan
efektifitas suatu program.
Evaluasi program adalah langkah awal
dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan
dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat
penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah
dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil
keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau
telah dilaksanakan.
B PRINSIP
EVALUASI
Hal
terpenting dan perlu ditekankan dalam menentukan program:
1) Realisasi atau implementasi
suatu kebijakan
2) Terjadi dalam waktu yang
relatif lama, karena merupakan kegiatan berkesinambungan
3) Terjadi dalam organisasi
yang melibatkan sekelompok orang.
Adapun kebijakan yang dapat dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi suatu program, keputusan yang diambil
diantaranya :
Menghentikan
program, karena dipandang program tersebut tidak ada
manfaatnya atau tidak dapat
terlaksana sebagaimana yang diharapkan, Merevisi program, karena ada
bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan. Melanjutkan program, karena
pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan
harapan. Menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan
baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.
1. Pemenuhan ketentuan undang-undang
dan peraturan pelaksanaannya,
2. Mengukur efektivitas dan
efesiensi program,
3. Mengukur pengaruh, efek sampingan
program,
4. Akuntabilitas pelaksanaan
program,
5. Akreditasi program,
6. Alat mengontrol pelaksanaan
program,
7. Alat komunikasi dengan
stakeholder program,
8. Keputusan mengenai program ;
- Diteruskan
- Dilaksanakan di tempat lain
- Dirubah
- Dihentikan
C TUJUAN EVALUASI
Untuk mempermudah mengidentifikasi
tujuan evaluasi program, kita perlu memperhatikan unsur-unsur dalam kegiatan
pelaksanaannya yang terdiri dari:
a. What
yaitu apa yang akan di evaluasi
b. Who
yaitu siapa yang akan melaksanakan evaluasi
c. How
yaitu bagaimana melaksanakannya
Dengan memperhatikan pada tiga unsur
kegiatan tersebut, ada tiga komponen paling sedikit yang dapat dievaluasi:
tujuan, pelaksana kegiatan dan prosedur atau teknik pelaksanaan.
Didalam evaluasi program pendidikan
terdapat ketepatan model evaluasi yang berarti ada keterkaitan yang erat antara
evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi. Dan jenis program
ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
- Program pemrosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses (output).
- Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan program.
- Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang tidak tampak apa yang menjadi ciri utamanya.
Seperti halnya penelitian, evaluasi
program memerlukan proposal dan rancangan evaluasi. Perbedaan antara proposal
evaluasi program dan rancangan evaluasi program terletak pada tekanan isinya.
jika proposal merupakan usulan kegiatan maka, rancangan merupakan peta
perjalanan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh evaluator dalam melaksanakan
evaluasi.
D KRITERIA EVALUASI
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
merancang perencanaan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan, merupakan
sebuah proses penting bagi evaluasi program karena
melalui kegiatan ini akan dihasilkan
gambaran yang jelas tentang kesenjangan antara hal atau kondisi nyata
dengan kondisi yang diinginkan.
Analisis kebutuhan dilakukan
dengan sasarannya adalah siswa, kelas atau sekolah.
2. Menyusun proposal evaluasi program, dengan memperhatikan butir sebagai
berikut:
a.
Pendahuluan, menekankan garis besar bagian isi.
b.
Metodologi yang berisi tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode
pengumpulan data dan penentuan instrumen pengumpulan data.
c.
Penentuan instrumen evaluasi yang menekankan pada alat apa yang diperlukan
untuk mengumpulkan data, hal tersebut biasanya harus disesuaikan dengan metode
yang sudah ditentukan oleh evaluator.
Secara garis besar evaluasi program
dilaksanakan melalui beberapa tahapan: tahap persiapan evaluasi program, tahap
pelaksanaan evaluasi program dan tahap monitoring pelaksanaan program.
Analisis data dalam evaluasi program pendidikan dapat dilaksanakan melalui
tahapan sebagai berikut :
- Tabulasi data, merupakan sebuah pengolahan dan pemrosesan hingga menjadi tabel dengan tujuan agar mudah saat melakukan analisis. Tabulasi ini berisikan variabel-variabel objek yang akan diteliti dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti.
- Pengolahan data, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah data terkumpul dan ditabulasi. Dari pengolahan data ini dapat diperoleh keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka, simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.
- Pengolahan data dengan komputer, merupakan kemudahan bagi peneliti bila objek yang diteliti memiliki variabel banyak dan sangat kompleks, hanya dengan memasukkan coding sheet langsun memprosesnya maka hasilnya akan diperoleh cepat.
Tolok ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi,
evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil
belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun
saling berhubungan. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran
(kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi
keduanya.
Meskipun sekarang memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian
evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. seperti
definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) beliau mengatakan,
bahwa evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum,
bagaimana yang belum ada dan apa sebabnya. Untuk definisi yang lebih luas
dikemukakan oleh dua orang ahli lain yaitu Cronbach dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan.
BAB
III MODEL EVALUASI
A.
MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
Riset yang dilakukan menggunakan metodologi action research untuk meningkatkan
kerangka kerja dalam penerapan data dimana obyek tersebut menjadi kajian
penelitian. Action research adalah jenis metodologi riset yang dilakukan dengan
secara aktif terjun langsung pada pemberi kebijakan yang akan diteliti, dalam
hal ini, penulis ikut bekerja di dalam Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan.
Teknik yang dilakukan dengan cara:
• mengobservasi
praktisi Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan,
• action learning,
• interview tak
terjadwal, dan
• studi informasi
yang tersimpan.
Dengan melakukan action learning, penulis membuat dokumentasi terhadap setiap
interaksi dengan kegiatan di Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan. Untuk
kriteria evaluasi kinerja, riset yang penulis lakukan adalah
membuat kerangka evaluasi yaitu:
• Selalu
mencari cara untuk mengatasi latar belakang masalah sesegera
mungkin.
•
Selalu mencari cara untuk
meningkatkan framework yang sudah ada untuk menunjukkan bahwa riset
memiliki hasil yang menguntungkan.
Terdapat banyak model evaluasi program yang digunakan para ahli. Salah satunya
adalah model CIPP ( Context – input – process – product). Model ini
dikembangkan oleh Stufflebeam , model CIPP oleh Stufflebeam 1971 (dari Ward
Mitchell Cates, 1990) . Model CIPP (1971) melihat kepada
empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses dan dimensi
Produk.
Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat
pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan
operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format
evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks,
masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat
keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut :
Tipe
Evaluasi
|
Konteks
|
Input
|
Proses
|
Produk
|
Pembuat Keputusan
|
Obyektif
|
Solusi strategi desain prosedur
|
Implementasi
|
Dihentikan Dilanjutkan
Dimidifikasi Program Ulang
|
Akuntabilitas
|
Rekaman Obyektif
|
Rekaman pilihan strategi desain
dan desain
|
Rekaman Proses Akutual
|
Rekaman pencapaian dan keputusan
ulang
|
Evaluasi konteks mencakup analisis
masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang
akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek
tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang
mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan (1983). Suatu kebutuhan
dirumuskan sebagai suatu kesenjangan ( discrepancy view ) kondisi nyata (
reality ) dengan kondisi yang diharapkan ( ideality ). Dengan kata lain
evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan
dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan
informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on
going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program.
Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menentapkan kebutuhan
dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi
konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga
tidak menimbulkan kerugian jangka panjang ( Isaac and Michael:1981)
Evaluasi input meliputi analisis
personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang
tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk
mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem,
anternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi,
pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing
pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural.
Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan
strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana
rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program
yang efektif dan efisien.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang
dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk
mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tatalaksana kejadian dan aktifitas.
Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan
cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi
pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu
catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program
ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses
seperti yang dikemukakan oleh Worthen and Sanders(1973), yaitu :
- Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan,
- Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan, dan
- Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan.
Evaluasi produk merupakan kumpulan
deskripsi dan “judgement outcomes” dalam hubungannya dengan konteks, input, dan
proses, kemudian di interprestasikan harga dan jasa yang diberikan ( Stuflebeam
and Shinkfield : 1986). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan
keputusan-keputuasan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evauasi produk
adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran
dkembangkan dan di administrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan
analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai
standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi
kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran
yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan
tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.
Analisis
produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan
dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai dapat berupa skor tes,
prosentase, data observasi, diagram data, sosiometri dan sebaginya yang dapat
ditelusuri kaitanya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya
dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.
Keputusan-keputusan
yang diambil dari penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program
diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu rendah, moderat, dan tinggi.
B . MODEL EVALUASI CIIP
Model CIPP
merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi
evaluasi dalam empat macam, yaitu :
1)
Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan
pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan
program.
2) Evaluasi masukan
untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan
sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan
strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan
yang dimaksud.
3) Evaluasi proses
melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana
program telah dilaksanakan.
4) Evaluasi produk
untuk melayani daur ulang keputusan.
Keunggulan model CIPP merupakan
system kerja yang dinamis.
Keempat macam evaluasi
tersebut divisualisasikan sebagi berikut :
Bentuk pendekatan dalam melakukan
evaluasi yang sering digunakan yaitu pendekatan eksperimental, pendekatan yang
berorientasi pada tujuan, yang berfokus pada keputusan, berorientasi pada
pemakai dan pendekatan yang responsive yang berorientasi terhadap target
keberhasilan dalam evaluasi.
Jenis konsep evaluasi diantaranya
; yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan selama program itu berjalan untuk memberikan informasi yang
berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberikan informasi konsumen
tentang manfaat atau kegunaan program.
Bentuk kegiatan dalam evaluasi adalah
evaluasi internal dan eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator
dari dalam proyek sedangkan eksternal dilakukan evaluator dari luar institusi.
C .Panduan Model Evaluasi CIIP
Evaluasi, dari awal kemunculannya sampai dengan saat
ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah baru dalam kajian
keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri. Walaupun
demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan manfaat dan
kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya mengenai
pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan
rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan
keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan
lebih baik lagi.
Dan saat ini, evaluasi
telah berkembang menjadi tren baru sebagai disiplin ilmu baru dan sering
digunakan oleh hampir semua bidang dalam suatu program tertentu
seperti,evaluasi program training pada sebuah perusahaan, evaluasi program
pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi kinerja para pegawai negeri
sipil pada sebuah instansi tertentu.
Dalam implementasinya ternyata evaluasi
dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari
evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak
akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran
dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai
dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sediri.
Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas,
loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan menentukan hasil
produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi
yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari
beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas model evaluasi
CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Daniel
Stufflebeam.
Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya
lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi
ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya. Model
evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem, dkk (1967) di Ohio State
University. Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (the
Elementary and Secondary Education Act). CIPP merupakan singkatan dari, context
evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation :
evaluasi terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap
proses, dan product evaluation : evaluasi terhadap hasil. Keempat
singkatan dari CIPP tersebut itulah yang menjadi komponen evaluasi.
Model CIPP berorientasi pada suatu
keputusan (a decision oriented evaluation approach structured).
Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam
membuat keputusan. Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam Eko Putro Widoyoko
mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on the view that the most
important purpose of evaluation is not to prove but improve.” Konsep
tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting
evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Berikut ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP
yang meliputi, context, input, process, product.
1.Context
Evaluation (Evaluasi Konteks)
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan
menyebutkan, tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan
dan kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan
ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi
dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini suharsimi
memberikan contoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) dalam
pengajuan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a)Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa yang belum
menerima ?
b)Tujuan pengembngan
apakah yang belum tercapai oleh program, misalnya peningkatan kesehatan dan
prestasi siswa karena adanya makanan tambahan ?
c)Tujuan pengembangan
apakah yang dapat membantu megembangkan masyarakat, misalnya kesadaran orang
tua untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya ?
d)Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah dicapai,
misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan ?
2.InputEvaluation
(Evaluasi Masukan)
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input,
atau evaluasi masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur
keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa
rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk
mencapainya. Komponen evaluasi
masukan meliputi : 1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan pendukung,
3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
Dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi
masukan ini adalah :
a)Apakah makanan yang
diberikan kepada siswa berdampak jelas pada perkembangan siswa ?
b)Berapa orang siswa yang menerima dengan senang
hati atas makanan tambahan itu ?
c)Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran
setelah menerima makanan tambahan ?
d)Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah
menerima makanan tambahan ?
Menurut
Stufflebeam sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto, mengungkapkan bahwa
pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang
mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan.
3.ProcessEvaluation
(Evaluasi Proses)
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko
Putro Widoyoko menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan :
“ 1) do detect or predict in procedural design or its implementation during
implementation stage, 2) to provide information for programmed decision, and 3)
to maintain a record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau
memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman
atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi
data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.
Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui
sampai sejauhmana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu
diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam
model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam
program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP,
evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam
program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkan
pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut :
a)Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal
?
b)Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan
program akan sanggup menangani
kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan ?
c)Apakahsarana dan prasarana yang
disediakandimanfaatkan secara maksimal ?
d)Hambatan-hambatanapa saja yang
dijumpaiselamapelaksanaanprogram dan kemungkinanjikaprogramdilanjutkan ?
4.ProductEvaluation
(Evaluasi Produk/Hasil)
Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko
memberikan pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project
director (or techer) to make decision of program “. Dari evaluasi proses
diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan
yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Sementara
menurut Farida Yusuf Tayibnapis (2000 : 14) dalam Eko Putro Widoyoko
menerangkan, evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai
hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu
berjalan.
Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa, evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat
ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator
dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu
program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan.
Pada tahap evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a)Apakah tujuan-tujuan
yang ditetapkan sudah tercapai ?
b)Pernyataan-pernyataan
apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara rincian proses dengan
pencapaian tujuan ?
c)Dalam hal apakah
berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi selama proses pemberian makanan
tambahan (misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan
waktu pemberian) ?
d)Apakah dampak yang
diperoleh siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya program makanan
tambahan ini ?
D .Kelebihan dan Kekurangan Model Evaluasi CIPP
Menurut Eko Putro Widoyoko model evaluasi
CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi
lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga
mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil. Selain kelebihan tersebut,
di satu sisi model evaluasi ini juga memiliki keterbatasan,
antara lain penerapan model ini dalam bidang program pembelajaran dikelas
mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika tidak adanya
modifikasi.
BAB IV: LATIHAN SOAL
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT !
1. PendapatWoolfolkdanNicolichmengatakanbahwabelajaradalah
:
a.
Belajaradalahperubahandalamdiriseseorang
yang berasaldarihasilpengalaman
b. Karenaadanyakondisi / stimulus darilingkungan.
c. Proses mengatur,
mengorganisirlingkungan yang ada di sekitarpeserta
d. Hubungan yang interaktifantara
guru denganpesertadalamikatantujuan.
2. Tesmerupakansalahsatucarauntukmenaksirbesarnyakemampuanseseorangsecaratidaklangsungmerupakanpendapatdari
:
a. Mardapi
c. Griffin dan Nix
b. OriondodanAnonio
d. EbeldanFrisbie
3. Di bawahiniistilah yang
seringdigunakandalamevaluasi , kecuali :
a. Pengukuranc. pengamatan
b. Penilaian
d. evaluasi
4. Manakah yang bukandefinisidarites
:
a. Tesmerpakansalahsatualatuntukmelakukanpengukuran
b. Tesmerupakanbagiantersempitdarievaluasi
c. Tesmerupakansalahsatucaraunukmenaksirbesarnyakemampuansecaratidaklangsung.
d.
Tesmerupakanpengamatanlangsung.
5. Pengukurandalambahasaasingadalah :
a. Conversation
c. Performance
b.
Assessment
d. Measurament
6. DefinisidariPengukuranmenurutOriondodan
Antonio adalah :
a. Assigning numbers to or
quantifying, things according to a set of rules
b. The process by which information a bout the attributes or
characteristicsof thing are determinied and differentiated.
c. Assessment is processes that
provide information about individu al student.
d. Learning is a change in a person
that comes a bout as a result of
experience.
7. TokohaliranBehavioristikmengemukakanbahwabelajarterdiridari
3 komponenpenting, kecuali :
a.
Kondisi internal ( internal
conditions of learning )
b. Kondiseksternal ( external conditions of learning )
c.
Belajarmengajar (
instructional )
d. Hasilbelajar ( outcomes of learning )
8. Di bawahini model yang popular
sebagaistrategiataupedomankerjadalampelaksanaanevaluasi program pembelajaran ,
kecuali :
a. Evaluasi model Kickpatrick (
Kickpatrick four levels evaluation model )
b. Evaluasi model CIPP ( context,
input , prosess and product )
c. Evaluasi model Stake ( model
couintenance )
d.
Evaluasi model
berbasistujuan ( objective oriented evaluation )
9. Model evaluasi yang
dikembangkanolehDaniel Stuffiebeam dikenaldenganistilah :
a.
Four levels
evaluation model
b. Context , input , prosess,
and product
c. Objective oriented evaluation
d. Goal free evaluation model
10. Pertamakali Daniel Stuffiebeam memperkenalkan model evaluasinyapadatahun …..
a. 1959 b. 1966 c.
1991 d.
1994
11. Evaluasiuntukmengetahuitingkatkepuasansiswaterhadappelaksanaansuatupelatihandinamakan
……….
a.
Evaluasibelajar ( learning evaluating ) c. Reaksi ( reaction
evaluating )
b. Tingkahlaku ( Behavior evaluating ) d. Evaluasihasil ( Result
evaluating )
12. Evaluasiuntukmengetahuidampakperbahanperilakukerjapesertapelatihanterhadaptingkatproduktifitasorganisasidinamakan
…..
a. Evaluasibelajar ( learning
evaluating) c. Reaksi (
Reaction evaluating )
b. Tingkahlaku ( Behavior
evaluating) d. Evaluasihasil
( Result evaluating )
13. Behavior evaluating adalah ……
a. Evaluasiuntukmengetahuitingkatkepuasanpesertaterhadappelaksanaansuatupelatihan.
b. Evaluasiuntukmengetahuitingkatperubahanperilakukerjapesertapelatihansetelahkembalikelingkungankerjanya.
c. Evaluasiuntukmengukurtingkattambahanpengetahuanketerampilanmaupunperubahansikappesertasetelahmengikutipelatihan.
d. Evaluasiuntukmengetahuidampakperubahanperilakukerjapesertapelatihanterhadaptingkatproduktifitasorganisasi.
14. Evaluasiuntukmengukurtingkattambahanpengetahuan,
keterampilanmaupunperubahansikappesertasetelahmengikutipelatihandisebut ….
a. Reaction ( Reaksi ) c.
Result ( hasil )
b. Learning ( belajar )
d. Behavior ( tingkahlaku )
15. Di bawahinimerupakankelebihandari
model evaluasiKickpatrick , kecuali :
a. lebihkomprehensifkarenamencakupaspekkognitif, skill , danafektif.
b. Objekevaluasitidakhanyahasilbelajarsematatetapijugamencakup
proses, output maupun outcomes.
c. Lebihmudahditerapkan( applicable )
untuk level kelaskarenatidakterlalubanyakmelibatkanpihak-pihak lain dalam
proses evaluasi.
d.
Untukmengukur impact
sulitdilakukankarenaselainsulittolokukurnya (intangible )jugasudah di
luarjangkauan guru maupunsekolahdalamprosesnya.
BAB: PENUTUP
Mengevaluasi
keberhasilan program pembelajaran tidak cukup hanya dengan mengadakan penilaian
terhadap hasil belajar siswa sebagai produk dari sebuah proses pembelajaran.
Kualitas suatu produk pembelajaran tidak terlepas dari kualitas proses
pembelajaran itu sendiri. Evaluasi terhadap program pembelajaran yang disusun
dan dilaksanakan guru sebaiknya menjangkau penilaian terhadap: 1) desain
pembelajaran, yang meliputi kompetensi yang dikembangkan, strategi pembelajaran
yang dipilih, dan isi program, 2) implementasi program pembelajaran atau
kualitas pembelajaran, dan 3) hasil program pembelajaran.
Penilaian
terhadap hasil program pembelajaran tidak cukup terbatas pada hasil jangka
pendek atau output tetapi sebaiknya juga menjangkau outcome dari program
pembelajaran. Berbagai model evaluasi program dapat dipilih oleh guru maupun
sekolah untuk mengadakan evaluasi terhadap keberhasilan program pembelajaran.
Pemilihan suatu model evaluasi akan tergantung pada kemampuan evaluator, tujuan
evaluasi serta untuk siapa evaluasi itu dilaksanakan untuk pengambilan
keputusan bagi para pemangku.
Sistem
evaluasi harus difokuskan dengan jelas pada proses perbaikan daripada
pertanggungjawaban untuk produk akhir. Sistem ini harus dioperasikan dekat
dengan titik intervensi (obyek yaitu sekolah) untuk perubahan. Pendekatan
analisis evaluasi pembelajaran dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan sekolah.
Kompleksitas permasalahan yang dihadapi evaluasi di bidang pendidikan harus
ditangani dengan analisis multivariat sehingga dapat memberikan bimbingan
kepada pengawas sebagai upaya perubahan.
Ebel, R. L., dan Frisbie, DDAFTAR
PUSTAKA
. A. 1986. Essential of Educational Measurement.
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
e.
Gredeer, B.,
dan Margaret, E. 1986. Learning and Instruction: Theory into Practice.
New York: Macmillan Publising.
f.
Griffin, P.,
dan Nix, P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout
Brace Javanovich Publisher.
g.
Kirkpatrick,
D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.
h.
Kirkpatrick,
D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model (online). (http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm, diakses 23 Oktober 2009).
i.
Madaus, G.
F., Scriven, M. S., dan Stuffebeam, D. L. 1993. Evaluation Models,
Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing.
j.
Mardapi, D.
1999. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. Makalah disajikan dalam
Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP untuk Guru Inti Matematika di
MGMP SLTP, PPPG Matematika Yogyakarta, Yogyakarta, 8-23 November.
k.
Mardapi, D.
2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disajikan dalam Konvensi Pendidikan
Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-23 September.
l.
Mardapi, D.
2003. Kurikulum 2004 dan Optimalisasi Sistem Evaluasi Pendidikan di Sekolah.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 10 Januari.
m.
Oliva, P. F.
1992. Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers.
n.
Oriondo, L.
L., dan Antonio, E. M. D. 1998. Evaluating Educational Outcomes (Test,
Measurment, andEvaluation). Florentino St: Rex Printing Company.
o.
Partner, C.
2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus (online).
(http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf, diakses 23 Oktober 2009).
p.
Popham, W. J.
1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Eko
Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis
Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Ebel, R. L., dan Frisbie, D. A. 1986. Essential
of Educational Measurement. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
q.
Gredeer, B.,
dan Margaret, E. 1986. Learning and Instruction: Theory into Practice.
New York: Macmillan Publising.
r.
Griffin, P.,
dan Nix, P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout
Brace Javanovich Publisher.
s.
Kirkpatrick,
D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.
t.
Kirkpatrick,
D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model (online). (http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm, diakses 23 Oktober 2009).
u.
Madaus, G.
F., Scriven, M. S., dan Stuffebeam, D. L. 1993. Evaluation Models,
Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing.
v.
Mardapi, D.
1999. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. Makalah disajikan dalam
Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP untuk Guru Inti Matematika di
MGMP SLTP, PPPG Matematika Yogyakarta, Yogyakarta, 8-23 November.
w.
Mardapi, D.
2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disajikan dalam Konvensi Pendidikan
Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-23 September.
x.
Mardapi, D.
2003. Kurikulum 2004 dan Optimalisasi Sistem Evaluasi Pendidikan di Sekolah.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 10 Januari.
y.
Oliva, P. F.
1992. Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers.
z.
Oriondo, L.
L., dan Antonio, E. M. D. 1998. Evaluating Educational Outcomes (Test,
Measurment, andEvaluation). Florentino St: Rex Printing Company.
aa.
Partner, C.
2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus (online).
(http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf, diakses 23 Oktober 2009).
bb.
Popham, W. J.
1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Eko
Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis
Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Ebel, R. L., dan Frisbie, D. A. 1986. Essential
of Educational Measurement. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
cc.
Gredeer, B.,
dan Margaret, E. 1986. Learning and Instruction: Theory into Practice.
New York: Macmillan Publising.
dd.
Griffin, P.,
dan Nix, P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout
Brace Javanovich Publisher.
ee.
Kirkpatrick,
D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San
Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc.
ff.
Kirkpatrick,
D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model (online). (http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm, diakses 23 Oktober 2009).
gg.
Madaus, G.
F., Scriven, M. S., dan Stuffebeam, D. L. 1993. Evaluation Models,
Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing.
hh.
Mardapi, D.
1999. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. Makalah disajikan dalam
Penataran Evaluasi Pembelajaran Matematika SLTP untuk Guru Inti Matematika di
MGMP SLTP, PPPG Matematika Yogyakarta, Yogyakarta, 8-23 November.
ii.
Mardapi, D.
2000. Evaluasi Pendidikan. Makalah disajikan dalam Konvensi Pendidikan
Nasional, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 19-23 September.
jj.
Mardapi, D.
2003. Kurikulum 2004 dan Optimalisasi Sistem Evaluasi Pendidikan di Sekolah.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 10 Januari.
kk.
Oliva, P. F.
1992. Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers.
ll.
Oriondo, L.
L., dan Antonio, E. M. D. 1998. Evaluating Educational Outcomes (Test,
Measurment, andEvaluation). Florentino St: Rex Printing Company.
mm.
Partner, C.
2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus (online).
(http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf, diakses 23 Oktober 2009).
nn.
Popham, W. J.
1995. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Eko
Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis
Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar